Rabu, 14 Januari 2009

Buku Informasi untuk Anak-anak

Buku informasi merupakan salah satu genre sastra anak yang memiliki peran penting dalam proses pembelajaran anak. berbeda dengan buku fiksi, buku informasi menyampaikan fakta dan data apa adanya, yang berguna untuk menambah keterampalan, wawasan, dan juga bekal teoritis dalam batas tertentu bagi anak untuk mengenal ilmu yang lebih luas di masa mendatang.

Namun demikian, tidak semua buku informasi dapat memenuhi keinginan seperti itu. Buku-buku informasi yang disajikan secara menarik, berkualitas, dan oleh penulis yang tepat, dapat memancing minat pembaca anak. sebaliknya, meskipun mungkin materinya bagus, namun bila disajikan secara ‘ecek-ecek’, bertele-tele dan tidak pas dengan ‘daya tahan anak’, ilustrasinya asal-asalan, bukan saja tidak memberi manfaat bagi anak, tetapi juga mungkin dibuang di keranjang sampah.

Itulah sebab, perlu diadakan analisis terhadap buku informasi yang beredar di pasar, dan mungkin sudah digunakan oleh beberapa pihak termasuk lembaga pendidikan anak usia dini. Upaya menganalisis buku informasi itu diharapkan dapat membantu masyarakat untuk menilai, apakah buku informasi tersebut sudah cocok dan pas untuk digunakan sebagai bahan ajar alternatif dalam kegiatan pembelajaran di lembaga tersebut, atau keluarga tersebut.

Berangkat dari hal tersebut, kami berusaha mengkaji dua buku, yakni Aku Membuat Sesuatu dengan Kayu dan Aku Membuat Sesuatu dengan Kancing karya Sabine Lohf, yang merupakan bahan ajar yang digunakan lembaga pendidikan anak usia dini.

Buku informasi yang ditujukan kepada anak-anak seharusnya memiliki karakteristik khusus, yakni yang dapat ditangkap dan dipahami oleh pembaca anak yang ditujunya. Buku seperti itu hendaknya ditulis oleh pengarang yang memenuhi kualifikasi, agar fakta yang ditampilkan tidak menyimpang, dan cara menyampaikannya tidak salah. Secara umum, terdapat beberapa hal yang dapat digunakan untuk menganalisis buku informasi, apakah buku itu berkualitas dan cocok untuk pembaca anak yang ditujunya? Beberapa hal itu antara lain: kualifikasi pengarang, bahasa, keakuratan, ilustrasi, referensi tujuan, dan kecukupannya (Nurgiyantoro, 2005: 373). Pada tulisan ini hanya akan dibahas beberapa aspek yang dianggap representatif, yakni berkaitan dengan kualifikasi pengarang, bahasa, dan ilustrasi, yang lebih terlihat konkrit sebagai bahan kajian alias analisis dalam konteks buku yang sedang dibahas.

Kualifikasi Pengarang

Sabine Lohf merupakan salah satu pakar pendidikan anak dan penulis produktif di bidang itu, yang berasal dari Jerman. Dia tidak saja menulis kedua judul buku ini, tetapi juga berseri dengan basis materi sama, yaitu Aku Membuat Sesuatu dengan ….

Selain membuat sesuatu dengan kancing dan kayu, Sabine juga menggenapkannya dengan membuat sesuatu dari lilin permainan, manik-manik, kertas, kain, batu, daun, gabus, dan kardus. Jadi, boleh dikatakan, Sabine adalah orang yang concern di bidang pendidikan anak, salah satunya dengan cara menulis buku-buku informasi yang berorientasi pengembangan diri anak, atau how to.

Bahasa

Buku-buku berseri “Aku Membuat Sesuatu dengan ….” Ini banyak digunakan oleh pengelola pendidikan anak usia dini, atau preshool. Untuk itulah, Sabine telah memilih bahasa yang tepat yang digunakan dalam menyusun buku ini sehingga lebih mudah diterima dan dipahami pembaca, yakni anak-anak usia dini.

Selain menggunakan bahasa sederhana, tidak memakai istilah ilmiah yang rumit yang membuat dahi berkerut, buku ini juga menawarkan bahasa yang ringkas tetapi bernas. Bahasanya ditulis dalam kalimat pendek-pendek, seperti “Kau sudah melihat kancing-kancing yang kubeli dari pasar loak?” dan “Sudah. Kita bisa membuat tabel angka dengan kancing-kancing ini” yang membahas materi memilih kancing (halaman 1, Aku Membuat Sesuatu dengan Kancing, Sabine Lohf).

Hal serupa dapat kita perhatikan pada buku Aku Bisa Membuat Sesuatu dengan Kayu, seperti “Supaya papannya kelihatan meriah, kubelitkan benang berwarna-warni ke paku-pakunya” pada materi yang membahas ‘memalu paku’ (halaman 5-6, Aku Membuat Sesuatu dengan Kayu, Sabine Lohf).

Ilustrasi

Sebagai buku yang ditujukan kepada anak, apalagi anak usia dini, aspek penting yang dapat menjadi kekuatan utama buku bacaan adalah masalah ilustrasi. Buku yang disusun Sabine Lohf ini sangat layak untuk diacungi jempol, mengingat ilustrasi yang digunakannya sangat mendukung upaya anak untuk dapat memahami materi yang disampaikannya.

Buku ini tidak saja menggunakan gambar tulisan tangan, yang berangkat dari kreatifitas tinggi dan terlihat lebih alami, juga menggunakan ragam warna yang membuat ilustrasi terlihat lebih cerah. Ilustrasi itu juga dapat menunjang pemahaman anak, bukan sekadar gambar, tetapi ‘gambar yang berbicara’. Seperti terlihat pada materi ‘perahu kayu’, yang memuat ilustrasi ‘beberapa perahu kayu mini yang sedang mengapung, terdapat bendera berbagai negara di masing-masing perahu tersebut’ (halaman 10-11, Aku Membuat Sesuatu dengan Kayu, Sabine Lohf).

Begitu pula pada materi ‘menguntai kalung-kancing’, yang memuat ilustrasi bagaimana kancing yang berwarna-warni dikaitkan dan diikatkan pada sebuah tali berwarna cerah, sehingga membentuk sebuah kalung yang indah. Ilustrasi juga dapat menunjukkan lubang kancing secara jelas, dan jalur masuk benang, sehingga pembaca anak lebih mudah mempelajari dan memahami bagaimana cara merangkai, menguntai dan mengikatkan kancing pada benang sehingga menjadi kalung yang indah menawan (halaman 7-8, Aku Membuat Sesuatu dengan Kancing, Sabine Lohf) .

Buku yang ditulis oleh Sabine Lohf ini cukup bagus dan cocok untuk menjadi salah satu referensi penting dalam pembelajaran sastra anak, ataupun materi pengembangan bagi anak usia dini, atau bahan ajar bagi para pendidik. Buku ini merupakan karya terjemahan dari Ich Mach Was Mit Knopfen (Aku Membuat Sesuatu dengan Kancing) dan Ich Mach Was Mit Holz (Aku Membuat Sesuatu dengan Kayu).

Hal itu menjadi tantangan bagi kita yang bergiat di bidang pendidikan sastra anak, untuk dapat membuat dan menyusun buku-buku referensi bagi pengembangan dan pendidikan anak-anak, termasuk anak usia dini, yang bersumber pada kekayaan negeri sendiri. Selain itu, penyusunan buku oleh penulis Indonesia, diharapkan lebih konteks dengan masalah yang terjadi di negeri ini. Penulis dalam negeri diharapkan lebih mengenal karakter psikologis dan sosiologis masyarakat pembaca, sehingga dapat membuat buku yang tepat dan pas. Sisi lain, buku yang disusun juga seharusnya memiliki daya tarik, termasuk kualitas gambar, tata letak, dan produksinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar